Beberapa waktu yang lalu seperti yang diberitakan oleh media masa bahwa di sekitar laut sulawesi tepatnya di perairan manado telah diketemukan seekor ikan purba yang dikenal dengan nama Coelacanth. Ikan tersebut tertangkap jaring nelayan setempat. Namun setelah dibawa ke permukaan ikan tersebut melemah dan akhirnya mati, kemungkinan besar karena tidak cocok dengan iklim bumi sekarang. Coelacanth hidup di jaman kretaseus 65 juta tahun yang lalu. Ikan ini hidup di tempat yang terisolir pada kedalaman 150an meter. Ikan ini mempunyai panjang sekitar 2/3 tinggi orang dewasa dan berat sekitar 50 kg, ekornya mirip kipas, matanya besar dan sisiknya terlihat aneh
Penemuan Coelacanth di perairan manado ini bukanlah yang pertama, Coelacanth yang masih hidup pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada tahun 1938 tertangkap jaring hiu. Oleh sang penemu ikan tersebut dibawa ke museum east london untuk diteliti dan diberi nama Latimeria chalumnae. Kemudian beberapa tahun kemudian ditemukan juga Coelacanth yang sejenis di kepulauan Komoro dekat Samudra Hindia. Sampai tahun 1990an ikan ini juga tertangkap di perairan Mozambique dan Madagaskar.
Di Indonesia sendiri Coelacanth pertama kali ditemukan pada tahun 1998 di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara. Oleh nelayan setempat ikan ini sudah lama dikenal dengan nama ikan raja laut. Secara fisik Coelacanth yang ditemukan di Afrika Selatan, Mozambique dan Madagaskar dengan yang ditemukan di Indonesia memang sama tetapi secara DNA berbeda. Yang ditemukan di perairan Indonesia adalah Coelacanth spesies Latimeria menadoensis, sedangkan yang di Afrika Selatan, Mozambique dan Madagaskar adalah Coelacanth Latimeria chalumnae. Total ada 120 spesies Coelacanth yang diketahui dari penemuan fosil, dan hingga kini yang diketahui masih hidup ada 2 spesies.
Laut memang masih menyimpan banyak misteri bagi manusia, faktanya masih sekitar 80% dari total wilayah laut di bumi ini yang belum diketahui oleh manusia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar