28 Juni 2009

penanggalan dan angka astronomi bangsa maya

Penanggalan dan Angka Astronomi Bangsa Maya dalam angka penanggalannya menggunakan titik, garis serta tanda kerang-kerangan yang menggantikan nol untuk menyatakan angka.

Angka-angka Arab yang kita kenal sejak kecil, pasti tidak ada orang yang menganggapnya luar biasa. Dia hanya sederetan angka dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 hingga 0 saja. Mungkin kita semua tidak mengetahui bahwa gagasan 0 ini dibawa oleh orang Arab dari India ke Eropa, orang Eropa di zaman dahulu kala tidak mempunyai konsep angka yang sesimpel ini. Orang Yunani pintar dalam hal cipta-mencipta, namun mereka menulis angka harus memakai aksara. Sedangkan orang Roma bisa menggunakan angka, tetapi mereka itu hanya bisa menggunakan pola diagram dari empat angka untuk mewakilinya.

Ketika arkeolog mempelajari sistem angka-angka bangsa Maya, mendapatkan bahwa ekspresi angka serta biji sempoa mereka ada kehebatan yang sama dalam penyampaian maksud. Mereka menggunakan tiga simbol yakni: titik, garis horizontal serta simbol kerang-kerangan untuk mewakilkan nol �sudah cukup untuk menyatakan angka apa saja. Teori semacam ini dipergunakan dalam �sistem biner�-nya kalkulator sekarang ini.

Cara menghitung angka semacam ini, bisa dipergunakan pada angka ilmu falak. Dari ukiran tiang batu yang disebut batu prasasti yang ditemukan di Girikua, Guatemala Amerika Selatan, tercatat angka yang sudah berusia 90 juta hingga 400 juta tahun lamanya.
Penanggalan Maya sangatlah rumit, ada yang berdasarkan penanggalan Tzolkin yang 260 hari sebagai siklus, enam bulan sebagai siklusnya penanggalan candra, 29 serta 30 hari sebagai siklusnya penanggalan surya serta penanggalan surya yang 365 hari sebagai siklus dan sebagainya, siklusnya berbeda penanggalannya pun berbeda. Kita dapat ketahui melalui observasi astronomi mutakhir bahwa setahun itu adalah 365, 2422 hari, namun orang Maya jauh-jauh hari sudah mengobservasikan bahwa satu tahun itu ada 365, 2420 hari. Tingkat akurasi yang begitu tinggi, sungguh suatu hal yang sulit dibayangkan.

Satuan yang dipakai untuk menghitung hari bagi orang Maya itu luar biasa sekali, nilai-nilai angka yang sudah diketahui oleh arkeolog adalah sebagai-berikut:

20 hari ialah satu Winar
18 Winar ialah satu Toon sama dengan 360 hari
20 Toon ialah satu Katoon sama dengan 7.200 hari
20 Katoon ialah satu Bagtoon sama dengan 144.000 hari
20 Bagtoon ialah satu Biktoon sama dengan 2.880.000 hari
20 Biktoon ialah satu Karaputoon sama dengan 57.600.000 hari
20 Karaputoon ialah satu Kimkirtoon sama dengan 1.152.000.000 hari
20 Kimkirtoon ialah satu Alatoon sama dengan 23.040.000.000 hari

Mengapa harus mengembangkan bilangan begitu besar? Besarnya satuan bilangan itu sehingga orang modern pun belum menggunakannya. Berdasarkan persepsi ilmu pengetahuan saat ini, mungkin angka-angka tersebut hanya terpakai untuk satu kurikulum saja, yakni ilmu falak. Sering kali astronom menggunakan satuan bilangan yang sangat besar untuk menyatakan jarak antara planet itu sendiri, dan hanya �angka ilmu falak� dari ilmu falak itulah yang begitu besar.

Pemahaman benda angkasa bagi orang Maya itu, jauh melebihi sistem galaksinya. Di luar dugaan bahwa di dalam sebuah penanggalan orang Maya yang disebut Tzolkin itu ada catatan perubahan iklim pada galaksi (Galatic Seasons). Taswin atau penanggalannya orang Maya, telah mencatat perubahan benda-benda angkasa dalam waktu yang panjang, �zaman matahari� mereka ialah sebuah penanggalan sistem galaksi, penanggalan seperti ini, tidak dapat dihitung oleh ilmu pengetahuan sekarang apalagi observasinya.

Dari catatan �zaman matahari� kita mendapatkan orang Maya percaya bahwa cara alam semesta ini berotasi berdasar �sirkulasi besar�, setiap sirkulasi adalah satu �zaman matahari�. Sirkulasi semacam ini hampir mirip dengan �Tian Kan� (10 batang langit) dan �Ti Ce� (12 batang bumi)-nya orang Tiongkok, penanggalan ialah sirkulasi yang tak putus-putus, dan tidak seperti garis lurusnya tarikh Masehi yang tak bertitik akhir. Rupa-rupanya tarikh seperti ini menjadikan hukum rotasi ruang alam semesta yang lebih besar itu melebur menjadi satu, mirip almanak Batang langit dan cabang bumi Tiongkok yang dapat mencatat tahun, bulan, hari bahkan waktu yang disebut suratan delapan huruf dan tanggal lahir itu.

Kalau bertitik tolak dari ilmu pengetahuan modern yang melampaui peradaban untuk mempelajari masih belum ada penjelasan yang akan membuat orang yakin sepenuhnya. Ini berarti ilmu pengetahuan praktis kita ini jauh tertinggal jika dibanding dengan peradaban-perdaban prasejarah itu, dan tak layak disebut ilmu pengetahuan yang sejati.

(Sumber: Prehistoric Civillization Inspiration for Mankind)

Rahasia Kebudayaan Bangsa Maya
10 06 2007

Rahasia Kebudayaan Bangsa Maya Banyak orang pernah mendengar legenda budaya bangsa Maya. Selama ini, kesan sebagian besar orang terhadap bangsa Maya tidak terlepas dari suasana hutan belantara di benua Amerika. Menyinggung tentang bangsa Maya, yang terlintas dalam benak sejumlah orang adalah sekelompok orang Indian yang sekujur tubuhnya mengenakan pakaian bulu warna cemerlang, berputar mengelilingi lingkaran di bawah sinar rembulan melaksanakan upacara misterius, di tengah-tengah berdiri dukun sakti yang berilmu tinggi.

Memang benar, bangsa Maya tinggal di Amerika Tengah yang sekarang ini, bekas peninggalan sejarah yang misterius berada di dalam hutan belantara yang terpencil dan sepi, sekalipun begitu, ada beberapa orang yang mengetahui, bahwa bangsa Maya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan bangsa Tiongkok dan Mongol di belahan bumi lain yang jauh. Peninggalan batu raksasa dan karya seni bangsa Maya yang mahatinggi, jauh melebihi kehebatan teknologi masa kini. Marilah kita lepaskan prasangka dan persepsi yang telah telanjur tertanam, menyelami kembali bekas kehidupan dan tempat tinggal bangsa Maya, melihat-lihat bagaimana dan apakah sebenarnya bangsa dan kebudayaan Maya.

Proses Penemuan
Bangsa Spanyol masuk ke Amerika Selatan pada abad ke-16, dengan status agresor mereka menjajah daratan yang asli ini. Penduduk Amerika Tengah dan Selatan ketika itu hidup sebagai petani yang primitif, mereka sama sekali tidak berdaya menghadapi kapal dan meriam kuat bangsa Spanyol. Dan dengan cepat, bangsa Spanyol menyebarkan agama mereka ke tempat tersebut, dua orang misionaris yang melihat kepercayaan takhayul dan ilmu sihir penduduk setempat, segera membakar tempat tersebut, mengakibatkan buku kuno yang disembunyikan semuanya terbakar musnah.

Tidak disangka bahwa buku-buku tersebut adalah buku kuno yang mencatat pusaka pengetahuan peninggalan kebudayaan bangsa Maya yang telah lama menghilang, di dalamnya tercatat secara terperinci tingkat ilmu pengetahuan dan budaya mereka yang mahatinggi pada masa itu. Mungkin demikianlah takdirnya, kini para ilmuwan yang menyelidiki kebudayaan Maya hanya bisa menggambarkan kehebatan budaya Maya saat itu secara tambal sulam berdasarkan potongan naskah yang berhasil dikumpulkan.

Bebatuan Raksasa di Hutan
Piramida bangsa Maya dapat dikatakan merupakan bangunan piramida kedua yang terkenal setelah piramida di Mesir. Kedua jenis bangunan piramida ini terlihat tidak begitu sama, warna piramida Mesir adalah kuning keemasan, sebuah piramida bersudut empat yang berbentuk kerucut, agak terkikis setelah berabad-abad tertiup angin dan diterpa hujan. Piramida Maya lebih rendah sedikit, disusun dari bebatuan raksasa yang berwarna abu-abu dan putih, tidak semuanya berbentuk kerucut, di puncaknya ada sebuah balairung untuk memuja dewa. Di sekeliling piramida Maya masing-masing memiliki 4 tangga, setiap tangga memiliki 91 undakan, secara total 4 buah tangga ditambah satu undakan bagian paling atas adalah berjumlah 365 undakan (91 x 4 + 1 = 365), tepat merupakan jumlah hari dalam satu tahun.

Bangsa Maya sangat memperhatikan ilmu perbintangan, baik di dalam maupun di luar bangunan semuanya adalah angka yang berhubungan dengan hukum peredaran benda langit. Selain jumlah undakan tangga, pada 4 bagian piramida masing-masing terdapat 52 buah relief 4 sudut, menandakan satu abad bangsa Maya adalah 52 tahun.

Observatorium astronomi bangsa Maya juga memiliki bentuk bangunan yang sangat spesifik. Dilihat dari sudut pandang masa kini, secara fungsional maupun bentuk luar observatorium bangsa Maya sangat mirip dengan observatorium masa kini, sebagai contoh misalnya menara pengamat observatorium Kainuoka, di atas teras yang indah dan sangat besar pada menara tersebut, terdapat undakan kecil bertingkat-tingkat yang menuju ke teras. Ada beberapa kemiripan dengan observatorium sekarang, juga merupakan sebuah bangunan tingkat rendah yang berbentuk tabung bundar, pada bagian atas terdapat sebuah kubah yang berbentuk setengah bola, kubah ini dalam rancangan observatorium sekarang adalah tempat untuk menjulurkan teropong astronomi. Empat buah pintu di lantai yang rendah tepat mengarah pada 4 posisi. Jendela di tempat itu membentuk 6 jalur hubungan dengan serambi muka, paling sedikit tiga di antaranya berhubungan dengan astronomi. Salah satunya berhubungan dengan musim semi (musim gugur), sedangkan
dua lainnya berhubungan dengan aktivitas bulan.

Menara pengamat observatorium Kainuoka ini adalah peninggalan terbesar dalam sejarah, peninggalan sejarah yang lain juga memiliki bangunan yang serupa. Semuanya dalam posisi yang saling merapat dengan matahari dan bulan. Belakangan ini arkeolog beranggapan bahwa astronom bangsa Maya pada zaman purbakala telah membangun jaringan pengamat astronomi pada setiap wilayahnya.

Dinilai pada masa kini, bangunan tersebut cukup menakjubkan. Piramida Maya misalnya, bagaimanakah caranya memotong bebatuan berukuran sangat besar, diangkut ke tempat yang jauh dalam hutan belantara, bebatuan yang beratnya puluhan ton, ditumpuk hingga mencapai tinggi 70 meter, jika tidak ditunjang dengan alat angkut dan peralatan yang memadai, adalah sangat sulit untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dan suku bangsa yang hidup dalam hutan belantara, mengapa harus mengerahkan upaya dan tenaga sedemikian besar, membangun sebuah jaringan pengamat observatorium? Ditilik dari sejarah, teleskop baru ditemukan pada abad ke-16 oleh Galileo, setelah itu barulah muncul observatorium ukuran besar, dan konsep jaringan pengamat observatorium baru muncul pada zaman modern. Kala itu konsep yang demikian dapatlah dikatakan sangat maju dan canggih.

Hilang Secara Misterius
Lembaran budaya cemerlang yang ditulis bangsa Maya untuk sejarah manusia, telah kita ketahui tingkat keanggunannya. Arkeolog menganggap, kebudayaan bangsa Maya semestinya secara perlahan-lahan terbentuk sejak tahun 2000 SM hingga masa tahun 250 M, setelah tahun 250 M hingga masa tahun 900 M, budaya tersebut memasuki masa keemasan, dan pada abad ke-7 dan 8, memasuki masa yang sangat makmur dan sejahtera.

Tulisan paling dini bangsa Maya muncul menjelang dan sekitar Masehi, namun batu prasasti pertama yang tergali memperlihatkan catatan yang menulis tahun 292 M. Sejak itu, tulisan bangsa Maya hanya tersebar pada areal terbatas. Dan pada tarikh Masehi setelah pertengahan abad ke-5, tulisan bangsa Maya baru secara menyeluruh tersebar ke semua kawasan Maya. Misalnya batu prasasti terakhir diselesaikan pada 869 M, dan batu prasasti terakhir di seluruh kawasan Maya diselesaikan pada 909 M.

Menurut data penelitian: �Suatu hari di tahun 909 M, tanpa sebab yang jelas, 80% bangsa kuno Maya tiba-tiba saja menghilang, tidak hanya meninggalkan kuil yang belum selesai dibangun, bahkan sejumlah besar balairung dewa dan bangunan model raksasa semuanya ditinggalkan begitu saja, terbenam dalam reruntuhan tembok yang roboh. Semua pusat pemujaan juga terhenti aktivitasnya. Kemudian, sejak hari itu, kebijaksanaan leluhur lenyap dengan sangat cepat, dan bangsa Maya yang tertinggal pun mulai berubah menjadi buta pengetahuan dan merosot moralnya.�
Dari bukti penelitian ilmuwan ini, kita dapat memberikan penjelasan yang rasional: Setelah mengalami perkembangan budaya yang tinggi, dikarenakan perkembangan budaya materi, kehidupan bangsa Maya kuno lambat laun merosot, menuju kemerosotan moral masyarakat. Lalu sebagian yang masih disebut kebijaksanaan leluhur itu, pada kenyataannya adalah sekelompok orang yang telah jatuh merosot moralnya, mereka mendorong perkembangan hal yang tidak baik, membuat segenap masyarakat bangsa Maya kuno mengarah menuju kepunahan!

Meskipun terdapat sejumlah dokumen yang tersisa, namun sangat sulit bagi kita untuk memastikan peristiwa mengerikan apa yang sebenarnya terjadi pada tahun 909 M itu, berbagai macam versi hipotesa tentang kepunahan bangsa Maya, misalnya banjir, gempa bumi, angin topan, bencana maupun pendapat lainnya tentang wabah, keracunan massal, penyakit menular, bahkan dikatakan populasi yang membengkak, pembakaran hutan secara berulang kali untuk bercocok tanam yang mengakibatkan tanah gersang, ataupun bencana ekonomi, bahkan dikatakan invasi musuh, perang antarkota, pemberontakan kaum petani maupun masalah sosial seperti bunuh diri massal, dan pendapat lain yang tak terhitung jumlahnya. Apa pun penyebabnya sama sekali tidaklah penting, intinya adalah sejarah sekali lagi telah mempertahankan orang yang baik dan sederhana, sedangkan sebutan �buta pengetahuan dan merosot moralnya� yang digunakan untuk melukiskan keturunan bangsa Maya, hanyalah kaidah yang dilihat oleh mata manusia masa kini,
sangat lugu dan baik seperti tidak berpengetahuan, tidak tahu mengejar keuntungan mendatangkan keputusasaan. Pertanyaannya adalah mengapa sejarah manusia lagi-lagi mencatat lenyapnya umat manusia yang disebut sebagai �kebijaksanaan leluhur�?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar