Sedih dan berbuncah kepedihan di hati kita ketika mendengar, membaca, dan melihat warga bangsa kita dihantam ‘tsunami’ kecil di kawasan Situ Gintung, Tangerang pada Jumat dinihari yang lalu. Seperti yang kita lihat di TV atau membaca di portal berita maupun di suratkabar, Situ Gentung jebol dan memuntahkan 2 juta meter kubik airnya ke pemukiman di sekitarnya. Di saat sebagian orang bersiap-siap shalat Subuh dan sebagian lagi masih tertidur lelap, air bah setinggi 5 hingga 10 meter menghantam apapun yang dilaluinya. Rumah-rumah hancur diterjang air bah termasuk penghuni di dalamnya ikut terseret dibawa arus. Air bah yang mendadak itu mengingatkan kita pada tsunami dahsyat di Aceh akhir tahun 2004. Bedanya, di Aceh tsunami berupa air laut sedangkan di Tangerang berupa air danau. Hingga tulisan ini dibuat, sudah hampir 100 mayat ditemukan dan masih ratusan lagi warga yang dinyatakan hilang atau mayatnya belum ditemukan.
Foto Situ Gintung yang indah sebelum musibah terjadi (foto diambil dari www.panoramio.com):
Foto Situ Gintung yang jebol (sumber: Detik.com):
Foto kawasan Situ Gintung, saat pemantauan udara menggunakan helikopter. Rekahan tanggul yang jebol dan situ yang telah mengering membuat warga dari berbagai kalangan datang berduyun-duyun untuk melihat (Sumber: Kompas Online):
Foto-foto lainnya (diambil dari Kompas Online, yang merupakan kiriman dari seorang pembaca):
Sebelum tragedi:
Sesudah situ jebol:
Perbandingan lainnya:
Seperti biasa, bangsa kita mempunyai rasa solidaritas yang tinggi setiap kali ada musibah atau bencana alam yang datang. Bantuan segera mengalir, ratusan atau ribuan orang bahu membahu memberikan pertolongan, mengevakuasi mayat, dan sebagainya. Posko-posko bantuan segera bermunculan di sekiat daerah bencana, tidak ketinggalan para caleg dan parpol yang tengah sibuk kampanye juga ikut turun tangan ke sana. Tidak tertutup kemungkinan keterlibatan caleg dan parpol yang memasang bendera mereka di sana untuk meraih simpati publik. Tetapi, kita berbaik sangka sajalah, mudah-mudahan saja niat mereka tulus membantu, tidak ada niat tersembunyi lain.
Diantara banyak orang yang peduli dengan musibah Situ Gintung, ada saja sebagian pihak yang kurang terasah kepekaannya. Sehari setelah kejadian, sebuah televisi swasta tetap menyiarkan acara hura-hura dari sebuah Kemayoran secara live, seakan-akan peristiwa yang berjarak kurang lebih 10 km dari Jakarta itu tidak pernah ada. Hal ini mengingatkan kita pada peristiwa pasca tsunami Aceh yang terjadi menjelang tahun baru 2005 dan menewaskan ratusan ribu warga Aceh (termasuk yang dinyatakan hilang). Perayaan tahun baru di berbagai tempat maupun di televisi tetap berlangsung semarak dan meriah, puluhan ribu orang tetap berjoget di panggung-panggung hiburan seakan-akan musibah tsunami itu tidak pernah terjadi.
Kalau pihak-pihak itu sedikit peka, mereka bisa mengundurkan acara hura-hura itu sampai situasinya memungkinkan, atau dilangsungkan saja secara sederhana, sementara uang hasil pertunjukan digunakan untuk membantu korban Situ Gintung yang rumahnya sudah lenyap disapu air bah.
Baiklah, lupakan sejenak perilaku hodonisme sebagian orang di ibukota itu. Marilah lihat sebuah fenomena langka. Pada setiap bencana, selalu saja ada keajaiban atau ‘mukjizat’ yang terjadi. Masjid Jabalur Rahman yang berada sekitar 50 meter dari tanggul Situ Gintung yang jebol, tetap berdiri kokoh meski sebagian besar bangunan di sekitarnya lenyap atau rusak berat diterjang air bah dari danau itu (lihat foto di bawah ini, foto diambil dari sini).
Foto Masjid Jabalur Rahman lebih dekat (Sumber: Detik.com):
Dikutip dari situs tersebut: Wartawan ANTARA yang mengujungi masjid itu Minggu melaporkan, nyaris tidak ada kerusakan pada masjid bercat putih yang tingginya sekira 10 meter tersebut.
Sementara berbagai bangunan di sekitarnya rusak berat, bahkan ada yang luluh lantak dan tengah dibersihkan oleh tim SAR gabungan. “Saya tak tahu, mungkin ini mukjizat,” kata seorang warga, Ade (26 th). Tanggul jebol pada Jumat (27/3) dini hari hampir bersamaan dengan dilantunkannya azan Subuh di masjid itu.
Kejadian langka seperti ini juga mengingatkan kita pada tsunami di Aceh. Beberapa masjid di Aceh tetap kokoh berdiri meski tsunami yang setinggi lebih dari pohon kelapa menerjang kawasan hingga jauh ke daratan. Lihat foto-foto di bawah ini (Sumber: Detik.com):
Apakah semua masjid ’selamat’ dari amukan air bah/tsunami seperti masjid Jabalur Rahman di Situ Gintung atau masjid-masjid yang di Aceh itu? Tidak juga. Banyak juga masjid dan mushala yang hilang diterjang air bah, hancur, rusak parah, dan sebagainya. Sunnatullah berupa hukum alam tetap berlaku. Bangunan-bangunan kokoh seperti gedung maupun Rumah Allah (masjid) sekalipun tetap tunduk pada sunnatullah itu, bahwa kekuatan alam yang dahsyat tetap tidak bisa ‘dilawan’ oleh mereka. Energi yang sangat besar dari dorongan air bah terlalu kuat bagi bangunan-bangunan tersebut. Mereka hancur juga ditelan air bah, termasuk masjid sekalipun. Allah SWT tidak mungkin mengingkari sunnah-Nya.
Lalu, mengapa ada satu dua masjid yang tetap kokoh berdiri seperti Masjid Jabilur Rahman di Situ Gintung atau yang masjid di Aceh itu? Apakah kekuatan alam memilih-milih sasaran? Bagaimana mungkin kekuatan alam yang maha dahsyat itu tidak berhasil menggoyahkan masjid di sana? Bagaimana menjelaskan semua ini? Insinyur Sipil sekalipun pasti heran sebab secara teori dorongan air bah dengan kecepatan alir yang tinggi seharusnya sudah menghancurkan masjid Sabilur Rahman itu, tetapi yang terjadi sebaliknya. Jika rasio kita tidak berhasil menjelaskannya, maka keimananlah tempat berpulang jawabannya. Sebagai orang beriman, kita hanya bisa berkata: Allahu akbar. Wallahu alam bissawab, hanya Allah SWT yang tahu jawabannya. Allah SWT menghancurkan banyak rumah termasuk sebagian masjid/mushala pada musibah Situ Gintung, tetapi meninggalkan sebuah satu masjid kokoh berdiri tentu ada maksud atau hikmahnya. Hikmah dari fenomena ini adalah untuk menunjukkan kebesaran-Nya agar manusia bertambah-tambah imannya kepada Allah SWT, dan tidak menjadikan bencana itu untuk menjauh dari Allah SWT, tetapi malah menjadi lebih dekat dan lebih bertawakal kepada-Nya dengan melihat keajaiban ini.
Mudah-mudahan kita diberi hikmah d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar